GAMBARAN KUALITAS
INFORMASI PERAWAT DALAM PEMBERIAN INFORMED CONSENT PADA PEMASANGAN INFUS DI UGD
RUMAH SAKIT TENTARA
PEKANBARU 2013
Diajukan Untuk
Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
Oleh :
M. ARIF SAPUTRA
120101074
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-INSYIRAH PEKANBARU
TAHUN 2013
INTISARI
Pemberian pelayanan yang
berkualitas di Rumah Sakit dapat dilakukan dengan berbagai aspek kegiatan
diantaranya adalah adanya persetujuan tindakan medis (Informed Consent).
Informed consent adalah persetujuan
klien terhadap pengobatan atau prosedur yang akan dilakukan kepadanya setelah
informasi lengkap diberikan dan penjelasan dilakukan oleh dokter ataupun
perawat. Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang berperan penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit. Informasi yang
berkualitas dari perawat sangat ditentukan oleh kecermatan (accuracy), tepat
waktu (timeliness) dan relevansinya (relevancy).
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah metode
deskriptif. Jumlah sampel
dalam penelitian ini pasien yang mendapatkan tindakan pemasangan infus di IGD
Rumah Sakit Tentara Pekanbaru dari umur
6 tahun sampai > 60 tahun
adalah sebanyak 30 pasien. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer
yang diperoleh dari pasien
yang dirawat di IGD Rumah Sakit Tentara Pekanbaru dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa gambaran kualitas informasi perawat dalam
pemberian informed consent sebanyak
30 orang dalam menyampaikan diagnosa 96,7% dan penurunan dalam menyampaikan
alternatif tindakan dalam pemasangan infus adalah 40%. Jadi dapat kesimpulannya
bahwa dalam memberikan informed consent pada
pemasangan infus mengalami peningkatan dalam memberikan kualitas informasi.
Kata Kunci : informed consent, kualitas informasi,
perawat, pemasangan infus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemberian
pelayanan yang berkualitas di Rumah Sakit dapat dilakukan dengan berbagai aspek
kegiatan diantaranya adalah adanya persetujuan tindakan medis atau Informed
Consent. Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh
klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut (Chandranila ,1992).
Perawat
merupakan salah satu tenaga medis yang berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah
sakit khususnya di Unit Gawat Darurat (UGD). Sebagai ujung tombak dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga perawat di UGD wajib mempunyai
kualitas kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat (Syaer, 2011). Sekitar 60% pasien yang dilakukan rawat inap yang
masuk lewat UGD mendapatkan terapi cairan melalui infus. Dari tindakan penatalaksanaan infus ini, pasien akan
terpapar pada resiko terkena infeksi nosokomial dan phlebitis. Rumah Sakit
Tentara Pekanbaru merupakan salah satu rumah sakit rujukan yang mempunyai dan mempunyai
fasilitas tingkat dasar dan disana penulis melakukan penelitian mengenai “Gambaran Kualitas Informasi Perawat Dalam
Informed Consent Terhadap Pemberian Infus di UGD Rumah Sakit Tentara Pekanbaru Tahun
2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah adalah bagaimana
kualitas informasi perawat dalam pemberian informed
consent pada pemasangan infus di UGD
Rumah Sakit Tentara Pekanbaru.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Mengetahui kualitas
informasi perawat dalam pemberian informed
consent pada pemasangan infus di Rumah Sakit Tentara Pekanbaru.
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui kualitas informasi perawat tentang pemberian informed consent di UGD Rumah Sakit Tentara Pekanbaru.
b. Untuk
mengetahui kualitas informasi perawat tentang tindakan pemasangan infus di UGD
Rumah Sakit Tentara Pekanbaru.
c. Untuk mengetahui pengetahuan perawat mengenai informed consent dalam pemasangan infus
di UGD Rumah Sakit Tentara Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi
Perawat
Sebagai
masukan bagi perawat tentang Informed
consent kepada klien dan sebagai bahan informasi guna mengambil sikap
pemberian informasi dan persetujuan dari klien sebelum bertindak.
2. Bagi
Institusi Rumah Sakit
Dapat dijadikan masukan bagi pihak
rumah sakit tentang pelaksanaan Informed
consent perawat dan sebagai bahan kajian untuk menyusun rencana peningkatan
pelayanan perawat khususnya tentang pelaksanaan Informed consent.
3. Bagi
Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi dan tambahan
pengetahuan tentang pelaksanaan informed
consent perawat bagi pendidikan tertentu.
4. Bagi
peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Informed
Consent
1. Pengertian Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan
klien terhadap pengobatan atau prosedur yang akan dilakukan kepadanya setelah
informasi lengkap diberikan, termasuk resiko atau dampak yang akan terjadi
sebagai akibat dari tindakan tersebut, penjelasan dilakukan oleh dokter
(Sumijatun,2010).
2. Fungsi Informed Consent
Fungsi
informed consent adalah sebagai
berikut: promosi otonomi individu, proteksi terhadap klien dan subjek,
menghindari kecurangan dan penipuan paksaan, mendorong adanya penelitian cermat
dari diri sendiri oleh perawat, promosi keputusan yang rasional.
3. Hukum yang Mengenai Informed Consent
Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang persetujuan Tindakan Medik atau
informed consent yang dijadikan
pedoman bagi para profesi medis untuk menjalankan tugasnya dan menerapkan informed consent. Dalam persetujuan medis terkandung
kemungkinan bagi pasien untuk menerima atau menolak apa yang ditawarkan dengan
disertai penjelasan serta pemberian informasi seperlunya oleh tenaga medis (Sumijatun,
2010).
4. Hal – Hal yang Mempengaruhi Proses Informed
Consent
Bagi
pasien bahasa yang digunakan perawat untuk menjelaskan tindakan
medis terlalu teknis dan perilaku dokter atau perawat yang terlihat terburu-buru
atau tidak perhatian atau tidak ada waktu untuk tanya – jawab dan bagi petugas
kesehatan yaitu pasien tidak mau diberitahu, pasien tak mampu memahami dan
situasi gawat darurat atau waktu yang sempit.
5. Kualitas Informasi
Sebuah informasi yang berkualitas sangat ditentukan oleh kecermatan, tepat
waktu dan relevansinya. Informasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat
dalam komunikasi terapeutik dalam melaksanakan
tindakan invasif hal yang perlu diinformasikan
kepada pasien adalah: alasan dilakukan tindakan tersebut, manfaat atau
kegunaannya, langkah-langkah yang akan dilakukan, persiapan yang akan
dibutuhkan, cara perawatan setelah pemasangan alat tersebut.
B.
Perawat
Perawat
merupakan salah satu tenaga medis yang berperan penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan terhadap pasien di rumah sakit untuk tercapainya kepuasaan pasien
terhadap kebutuhan pemulihannya dari kondisi sakit (Sari, 2012). Perawat sangat
berperan dalam pelaksanaan informed
consent yaitu berfungsi sebagai advocator
pasien dan sumber informasi bagi pasien selama fase perawatan di rumah sakit.
(Suhaemi,2004 )
C.
Pemasangan
Infus
Pemasangan infus
merupakan prosedur invasif dan
merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya
selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan (Priharjo,2008). Tujuan pemasangan infus
antaralain mempertahankan
atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,vitamin, protein,
lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, memperbaiki keseimbangan
asam basa
D.
UGD
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.
BAB
III
METIODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif
( Notoadmodjo,
2005). Dimana penulis akan melihat
gambaran kualitas informasi perawat dalam pemberian informed
consent pada pemasangan infus di IGD Rumah Sakit Tentara Pekanbaru.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi
penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tentara Pekanbaru dan waktu pelaksanaan penelitian dimulai
dari tanggal 5- l 0 Desember 20013
C. Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoadmodjo, 2005). Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap
pasien di UGD Rumah Sakit Tentara Pekanbaru.
Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien yang dirawat
di Rumah Sakit Tentara Pekanbaru yang berjumlah 30 pasein dengan kriteria inklusi pada:
pasien mendapatkan
tindakan pemasangan infus di IGD RST Pekanbaru
kemuidan umur sampel > 6 tahun dan < 60 tahun.
Sampling adalah cara atau teknik tertentu dalam meyeleksi
porsi dari popuasi untuk dapat mewakili populasinya (Notoadjmojo,2005). Pada
penelitian ini metode sampling yang digunakan yaitu purpose sampling. Menurut Arikunto (2006) purpose
sampling merupakan pengambilan sampel/subjek
berdasarkan atas pertimbangan peneliti bukan dilakukan secara acak/random.
D. Definisi
Operasional
Definisi
operasional berfungsi untuk menyederhanakan arti kata atau pemikiran tentang
ide, hal dan kata-kata yang digunakan agar orang lain memahami maksudnya sesuai
dengan keinginan penulis (Notoadmodjo, 2005).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No
|
Identifikasi Variabel
|
Definisi Operasional
|
1
|
Kualitas
Informasi
|
Isi atau kandungan informasi yang disampaikan kepada
orag lain
|
2
|
Informed Concent
|
Persetujuan medis untuk pasien sebelum melakukan
tindakan
|
3
|
Penjelasan
diagnosis
|
Informasi yang berisi penjelasan tentang diagnosis penyakit yang dialami/diderita oleh
pasien
|
4
|
Penjelasan
prosedur
|
Informasi yang berisi penjelasan tentang diagnosis penyakit
|
5
|
Penjelasan
tujuan
|
Informasi yang berisi penjelasan tentang tujuan tindakan pemasangan infuse
|
6
|
Penjelasan
alternatif pengobatan
|
Informasi yang berisi penjelasan tentang alternatif lain pengobatan penyakit
pasien
|
7
|
Penjelasan
resiko penolakan tindakan
|
Informasi yang berisi penjelasan tentang risiko
penyakit yang akan dialami pasien
|
8
|
Penjelasan
komplikasi tindakan
|
Informasi yang berisi penjelasan tentang komplikasi penyakit yang diderita
pasien
|
9
|
Penjelasan prognosis
|
Informasi yang berisi penjelasan tentang prognosis lain penyakit pasien
|
E. Instrumen
Penelitan
Penelitian ini
penulis menggunakan intrumen penelitian berupa format checklist yang berisi pertanyaan tertutup tentang informed concent
yang diberikan perawat. pengambilan
data dari pasien yang dirawat IGD Rumah Sakit
Tentara Pekanbaru.
F. Jalannya Penelitian
Pada tahap
persiapan dalam penelitian ini, penulis mengurus surat izin pengambilan data,
kemudian mengajukan surat izin dari kampus yang ditujukan pada
Rumah Sakit Tentara Pekanbaru sebagai skala untuk mendapatkan rekomendasi izin penelitian.
Sedangkan tahap
pelaksanaan penelitian ini adalah waktu penelitian dilakukan pada tanggal
5-10 Desember 2013, berupa
observasi dan pengambilan data di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Tentara Pekanbaru.
G. Metode
Pengumpulan Data
Data yang
diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan data primer
yang diperoleh
dari pasien yang dirawat di UGD Rumah Sakit Tentara Pekanbaru dengan kriteria sampel yang telah
ditetapkan.
H. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Teknik pengolahan data yaitu setelah data terkumpul diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok menurut variasi yang ada dalam pertanyaan kemudian
diolah secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut : Editing,
Coding,
Processing,
Cleaning,
dan Tabulating.
Analisa data berguna untuk menyederhanakan, sehingga mudah
ditafsirkan. Dalam
penelitian ini analisa data dilakukan secara analisa deskriptif, artinya hanya
bersifat memaparkan saja tanpa memberikan penilaian (Notoadmodjo, 2005).
I. Keterbatasan
dan Kesulitan Penelitian
Adapun keterbatasan dan kesulitan saat
penelitian antara lain: peneliti terbatas pada usaha mengungkapkan suatu
masalah dengan keadaan sebagaimana mestinya bersifat deskriptif, peneliti
terbatas dalam hal waktu, biaya, dan penyampaian mengenai masalah yang diteliti,
kuisioner peneliti bisa dikatakan belum optimal, jumlah sampel yang banyak
sehingga sulit untuk mentabulasinya, format checklist
yang sudah pernah diuji cobakan, sehingga tidak dilakukan uji Validitas dan
realibitas.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1
minggu di UGD Rumah Sakit Tentara Pekanbaru.
Data umum hasil penelitian berdasarkan gambaran karakteristik responden
disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kualitas Informasi
dalam Penyampaian Diagnosis Penyakit Pada Pemberian Informed Concent Tindakan
Pemasangan Infus
Diagnosis
|
|||||
|
|
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
Penjelasan Diagnosis
|
Ya
|
29
|
96.7
|
96.7
|
96.7
|
Tidak
|
1
|
3.3
|
3.3
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
|
Berdasarkan tabel 4.2 gambaran kualitas informasi perawat dalam menyampaikan
diagnosis pasien sebanyak 29 atau (96%) dari 30 tindakan pemasangan infus.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Informasi
dalam Penyampaian Prosedur Tindakan Pada Pemberian Informed Concent
Tindakan Pemasangan Infus
Prosedur
|
|||||
|
|
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
Penjelasan Prosedur
|
Ya
|
17
|
56.7
|
56.7
|
56.7
|
Tidak
|
13
|
43.3
|
43.3
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
|
Berdasarkan tabel 4.3 gambaran kualitas informasi perawat dalam menyampaikan
prosedur tindakan pemasangan infus sebanyak 17 atau (56,7%) dari 30 tindakan pemasangan infus.
Tabel
4.4 Distribusi Frekuensi Kualitas Informasi dalam Penyampaian Tujuan Tindakan
Pada Pemberian Informed Concent Tindakan Pemasangan Infus
Tujuan
|
|||||
|
|
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
Penjelasan Tujuan
|
Ya
|
22
|
73.3
|
73.3
|
73.3
|
Tidak
|
8
|
26.7
|
26.7
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
|
Berdasarkan tabel 4.4 gambaran kualitas informasi perawat dalam
menyampaikan tujuan tindakan
pemasangan infus sebanyak 22 atau (73,3%) dari 30 tindakan
pemasangan infus.
Alternatif
|
|||||
|
|
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
Penjelasan Alternatif
|
Ya
|
12
|
40.0
|
40.0
|
40.0
|
Tidak
|
18
|
60.0
|
60.0
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
|
Tabel 4.5 Distribusi
Frekuensi Kualitas Informasi dalam Penyampaian Alternatif
Tindakan Pada
Pemberian Informed Concent Pemasangan Infus
Berdasarkan tabel
4.5 gambaran kualitas informasi
perawat dalam menyampaikan alternatif tindakan pemasangan infus sebanyak 12 atau (40%) dari 30 tindakan pemasangan infus.
Resiko
|
|||||
|
|
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
Penjelasan Resiko
|
Ya
|
18
|
60.0
|
60.0
|
60.0
|
Tidak
|
12
|
40.0
|
40.0
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
|
Tabel 4.6 Distribusi
Frekuensi Kualitas Informasi dalam Penyampaian Resiko
Tindakan Pada
Pemberian Informed Concent Pemasangan Infus
Berdasarkan tabel 4.6 gambaran kualitas informasi perawat dalam
menyampaikan alternatif
tindakan pemasangan infus sebanyak 18 atau (60%) dari 30 tindakan pemasangan infus.
Komplikasi
|
|||||
|
|
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
Penjelasan Komplikasi
|
ya
|
13
|
43.3
|
43.3
|
43.3
|
tidak
|
17
|
56.7
|
56.7
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
|
Tabel 4.7 Distribusi
Frekuensi Kualitas Informasi dalam Penyampaian Komplikasi
Tindakan Pada
Pemberian Informed Concent Pemasangan Infus
Berdasarkan tabel 4.7 gambaran kualitas informasi perawat dalam
menyampaikan komplikasi
tindakan pemasangan infus sebanyak 13 atau (43,3%) dari 30 tindakan pemasangan infus.
Prognosis
|
|||||
|
|
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
Penjelasan Prognosis
|
Ya
|
19
|
63.3
|
63.3
|
63.3
|
Tidak
|
11
|
36.7
|
36.7
|
100.0
|
|
Total
|
30
|
100.0
|
100.0
|
|
Tabel 4.8 Distribusi
Frekuensi Kualitas Informasi dalam Penyampaian Prognosis
Tindakan Pada
Pemberian Informed Concent Pemasangan Infus
Berdasarkan
tabel
4.8 gambaran kualitas informasi perawat
dalam menyampaikan alternatif tindakan
pemasangan infus sebanyak 19 atau (63,3%) dari 30 tindakan pemasangan infus.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan analisa data maka
didapatkan gambaran tentang kualitas
informasi pemberian informed concent
tindakan pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat dimana perawat menyampaikan
informasi berupa diagnosis penyakit sebayak 96%, menjelaskan prosedur
tindakan sebanyak 56,7%, menjelaskan tujuan sebanyak 73,3 %, menjelaskan
alternatif tindakan pengobatan sebanyak 40%, menjelaskan resiko penolakan
tindakan sebanyak 60%, menjelaskan komplikasi tindakan yang diberikan sebanyak 43%,
dan menjelaskan prognosis perawatan medis sebanyak 63%. Burch (1986:5) mengatakan bahwa sebuah
informasi yang berkualitas sangat ditentukan oleh kecermatan (accuracy), tepat
waktu (timeliness) dan relevansinya (relevancy). Adekuatnya informasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam
menyampaikan pesan melalui komunikasi terapeutik, pengetahuan dan pemahaman
dasar tentang penyakit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan, maka gambaran
kualitas informasi perawat dalam pemberian informed
concent tindakan pemasangan infus adalah: Gambaran kualitas informasi inofrmed concent dalam hal penyampaian diagnosis penyakit dari klien sebanyak
96,7%, tujuan tindakan sebanyak 73,3%, prognosis penyakit dari klien sebanyak 63,3%, resiko
tindakan dari klien
sebanyak 60%, prosedur tindakan sebanyak 56,7%, komplikasi penyakit dari klien sebanyak 43,3% dan alternatif
tindakan sebanyak 40%.
B. Saran
1.
Bagi Perawat
Bagi perawat yang telah melakukan
penyampaian diagnosa pelaksanaan Informed
consent pada pemasangan infus dengan baik perlu dipertahankan, sedangkan
bagi perawat yang belum melakukan pelaksanaan Informed consent daam penyampaian alternatif tindakan dengan baik
diharapkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang Informed consent.
2.
Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan rumah sakit terutama untuk
memperhatikan, dan meningkatkan pengetahuan perawat tentang perilaku Informed consent yang baik sehingga
tujuan rumah sakit dapat tercapai.
3.
Bagi Peneliti
Bagi peneliti yang
tertarik melakukan penelitian serupa sebaiknya perlu menyertakan faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi meningkatnya perilaku Informed consent perawat, misalnya faktor kepuasan klien dan
motivasi dari perawat dalam pelaksanaan Informed
consent.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cetakan ke 13, EdisiRevisi. Jakarta :
Rineka Cipta
Amir
& Hanafiah. 1999. Etika Kedokteran
dan Hukum Kesehatan, Edisi : ketiga. Jakarta: EGC.
Azis
Alimul. Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2011.
Aziz
Alimul. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : EGC. 2004.
Karlina,
Dewi. 2013. Keterampilan Dasar
Keperawatan Klinis. Penerbit : Imperium.
Notoatmojo,
S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.. Jakarta: Rineka Cipta
.
Potter,
P. A. dan Perry. A. G. 2010. Fundamental
Keperawatan. Buku 1. Edisi 7. Penerbit Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Saku:
Ketrampilan & Prosedur Dasar. Edisi 5. Jakarta: EGC
Sue
Hinclalif. 1999. Kamus Keperawatan.
Edisi 17. Jakarta : EGC
Sumijatun
2010. Membudayakan Etika dan Praktik
Keperawatan. Penerbit : Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar