Senin, 27 Januari 2014

makalah komunikasi keperawatan




Model Komunikasi Stimulus-Respons dan Aristoteles







Disusun oleh :

AISYAH
EKO SUGANDI
IIN FIRDAUS
ISRA WULANDARI
M.ARIF SAPUTRA
NOVI LESTARI
NURFAIZAH
SUCI RAHMA ZULHA
SURI ASMAYANTI



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES AL-INSYIRAH PEKANBARU
2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi .
Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena tanpa komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya komunikasi disebabkan oleh adanya kebutuhan akan mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sejauh ini terdapat ratusan komunikasi yang telah dibuat para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi teknologi, dan perkembangan zaman yang melingkunginya. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut.Model jelas bukan fenomena itu sendiri.Akan tetapi, peminat komunikasi, termasuk mahasiswa, sering mencampuradukkan model komunikasi dengan fenomena komunikasi.






1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka ditarik rumusan masalah yang akan dibahas didalam makalah ini adalah:
1.    Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?
2.    Bagaimana model komunikasi stimulus-respons ?
3.    Bagaimana model komunikasi aristoteles ?

1.3  Manfaat Penulisan
Dengan selesainya penulisan makalah ini penulis mempunyai harapan pada masa yang akan datang semoga makalah ini mudah – mudahan bermanfaat sebagai berikut :
  1. Menambah ilmu pengetahuan penulis khususnya model komunikasistimulus-respons dan aristoteles
  2. Dapat menjadi masukan bagi penulis sendiri dan para pembaca
1.4    Tujuan Penulisan

1.   Mampu menjelaskan model komunikasi stimulus-respons
2.      Mampu menjelaskan model komunikasi aristoteles
3.      Memenuhi tugas kelompok komunikasi keperawatan








BAB II
LANDASAN TEORI

2.1Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal pada bahasa latin yaitu communnis yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih, sedangkan menurut cherry dalam stuart (1983) komunikasi berasal dari kata communico yang artinya membagi. untuklebih jelasnya definisi komunikasi oleh para ahli, yaitu:

1.      Harrold D. Lasswell, menerangkan tindakan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya.
2.      Book dalam Robbins dan Jones, komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan cara membangun hubungan antar sesama, melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.
3.      Roger dan D.Lawrence Kincaid menjelaskan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang ataw lebih membentuk ataw melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain nya dan pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.
4.      Duldt-Bettey yang dikutip Suryani mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah proses penyesuaian dan adaptasi yang dinamis antara dua orang atau lebih dalam sebuah intiraksi tatap muka dan terjadi pertukaran ide, makna, perasaan, dan perhatian.






2.2 Pengertian Model Komunikasi
Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.
Menurut Sereno dan Mortensen, model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam “dunia nyata”.
B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari fenomena yang dijadikan model.
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan bahwa model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan.Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampur dengan teori.

2.3  Model Komunikasi Menurut Sifatnya :
1.      Komunikasi satu arah
Diagram sederhana ini menggambarkan komunikasi satu arah. Beberapa orang bersikap seakan – akan tidak perlu ada respon terhadap apa yang mereka komunikasikan, tetapi yang difokuskan disini adalah komunikasi dua arah dimana penerima pesan secara aktif terlibat di dalam proses sehingga setiap orang memodifikasi pesansesuai dengan respon orang lain. Meskipun demikian, komunikasi satu arahsangat sering terjadi, bahkan dalam situasi tatap muka antara petugas kesehatan dan pasien.
Menurut Bradley dan Edinberg (1990) memberikan alasan – alasan tentang mengapa petugas kesehatan menggunakan komunikasi satu arah meskipun mereka percaya pada komunikasi dua arah :
1. Komunikator mengendalikan komunikasi satu arah.
2. Komunikasi satu arah bisa lebih mudah terjadi sambil melakukan hal lain,misalnya membereskan tempat tidur.
3. Komunikasi dua arah dapat menyita waktu dari aspek-aspek penting lain dari petugas kesehatan dan pasien.
2.      Komunikasi dua arah
Menurut Menzies-Lyth (1960) mempelajari cara-cara di mana sistem sosial sebuah rumah sakit diatur sedemikian rupa untuk melindungi stafnya dari beban stress ada kecemasanyang terlalu besar yang diakibatkan oleh pekerjaan mereka. Ia memperhatikan bahwa salah satu dari cara – cara ini adalah memutus – mutus hubungan petugas kesehatan/pasien dengan membagi beban kerja total dari suatu ruangan             kedalam tugas –tugas kecil yang masing – masing ditugaskan ke petugas kesehatan yang berbeda. Akibatnya, petugas kesehatan mempunyai kontak yang terbatas dengan pasien. Dengan tambahan rangkaian umpan balik, diagram pertama sekarang menjadi dua arah.





















BAB III
PEMBAHASAN
3.1   Model Komunikasi Stimulus - Respon [S-R]
3.1.1  Pengertian Model S-R
Model komunikasi S-R ini sebenarnya merupakan suatu singkatan dari model stimulus-respon.Model ini adalah model komunikasi yang paling dasar dari segala model komunikasi.Model ini merupakan model yang paling dasar dalam ilmu komunikasi. Model ini menunjukan komunikasi sebagai sebuah proses aksi reaksi. Model ini beranggapan bahwa kata-kata verbal, tanda-tanda nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Kita dapat juga mengatakan bahwa proses ini merupakan perpindahan informasi ataupun gagasan. Proses ini dapat berupa timbal balik dan mempunyai efek yang banyak. Setiap efek dapat merubah perilaku dari komunikasi berikutnya.



Model ini mengabaikan komunikasi sebagai sebuah proses. Dengan kata lain, komunikasi dianggap sebagai hal yang statis. Manusia dianggap berprilaku karena kekuatan dari luar ( stimulus ), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya.
Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologis, khususnya beraliran behavioristik.Model ini menunjukkan bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Model ini dapat juga di katakan sebagai hubungan timbal balik atau merespon apa yang lawan kita sampaikan. Hubungan tersebut dapat dalam bentuk isyarat nonverbal, gambar-gambar, ataupun kontak fisik dan tindakan yang dapat merangsang seseorang untuk merespon.

3.1.2  Fungsi Model Komunikasi
Gordon Wiseman dan Larry Barker, mengemukakan bahwa model kamunikasi mempunyai tiga fungsi :
a)    Melukiskan proses komunikasi
b)    Menunjukkan hubungan visual
c)    Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi

3.1.3         Contoh-contoh model S-R
1. Contoh Positif Model Komunikasi S-R
Contoh dalam model ini adalah bila hati kita sedang senang karena disapa oleh orang yang kita kagumi atau apa bila kita baru mendapatkan sesuatu yang sangat menyenangkan pasti akan terbawa senang walaupun sudah tidak pada situasi itu sehingga bila bicara dengan orang lain pasti akan dengan ceria, sambil tersenyum dan menunjukan kalau kita sedang senang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkTCnfth_7j2mgvslzP1zMB7oS55THAv8d-KCIwFmI0zGXAxGnPWKRE5TruxFlMq1T0BO9UHcJt6PvXUWPR6SmZoyM07vyQbFXxBsIogRT4xekIftb5pdBHLxyrVmfpdWFhdopRXBqOoA/s200/model+SR+%2B+copy.jpg
Gb.1 model S-R (positif-positif)

a.       Ketika ada seseorang yang kita suka atau kagumi tersenyum kepada kita, lalu kita membalas senyumannya dan orang tersebut lalu bertanya kepada kita “mau kemana?” lalu menjawab “mau ke kampus”. Dan pada saat setelah ia pergi, anda merasa kegirangan sendiri lalu sepanjang jalan tersenyum malu, dan ketika berpapasan dengan teman di jalan, lalu ia bertanya “ kenapa kamu senyam-senyum sendiri? Hari ini, hari yang indah ya?” lalu anda hanya merespon dengan senyum tanda mengiyakan dan belum dapat melupakan kejadian sebelumnya.
b.      apabila ada seseorang yang memanggil nama anda sambil melambaikan tangannya pada anda, anda akan membalasnya dengan sapaan dan melambaikan tangan anda pada orang tersebut.
c.       ada seseorang yang menepuk pundak anda sambil menyapa anda dengan kata “hai”, anda juga akan membalasnya dengan kata “hai”.

2. Contoh Negatif Model Komunikasi S-R
Pola S-R dapat pula berlangsung negatifmisalnya orang yang sedang punya masalah dirumah atau dengan temannya yang dianggap berat saat dikampus pasti menjadi pendiam dan berubah menjadi sensitive, bila ada seseotang yang sedikit mengganggunya atau hanya berniatbercanda pasti ia menanggapinya dengan negatif dan bisa saja jadi marah-marah tidak jelas.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXeTBDR1VbjkCxmaSwQJ9oj9MzR1jMw2ZZYql6hiQPcmaeSjDjH6ONFcy2ZPHWunTbR5dPA-T_Pkpc1Z3z-RwlX7Pfq9-RExLGUPxjPKTak7E0_7kwcjf-sbJwE8umik7sdXBjLaOtuY8/s200/model+sr+-+copy.jpg
Gb.2 Model S-R (negative-negatif)


a.       Orang pertama menatap orang kedua dengan tajam, dan orang kedua balik menatap, menunduk malu, memanglingkan wajah, atau membentak, “apa lihat-lihat! Nantang, ya!” atau, orang pertama melotot dan orang kedua ketakutan.
b.      Orang yang sedang punya masalah dirumah atau dengan temannya yang dianggap berat saat dikampus pasti menjadi pendiam dan berubah menjadi sensitive, bila ada seseorang yang sedikit mengganggunya atau hanya berniatbercanda pasti ia menanggapinya dengan negatif dan bisa saja jadi marah-marah tidak jelas.
c.       Anda menyukai seseorang, lalu anda melihat dan memperhatikan wajahnya sambil senyum-senyum. Ternyata orang tersebut malah menutup wajahnya dengan buku atau malah teriak “apa liat-liat, nantang ya?” lalu anda kecewa dan dalam pikiran anda merasa cintanya bertepuk sebelah tangan dan anda ingin bunuh dia.



3.2 Model Komunikasi Menurut Aristoteles
Model komunikasi yang digunakan oleh Aristoteles pada dasarnya adalah model komunikasi paling klasik, model ini disebut model retoris (rhetorical model).Inti dari komunikasi ini adalah persuasi, yaitu komunikasi yang terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicar   aannya kepada khalayak dalam mengubah sikap mereka.Ilmu retorika pada aw alnya dikembangkan di Yunani berkaitan dengan ilmu tentang seni berbicara (Techne Rhetorike).
Dalam bukunya yang berbicara mengenai Rhetorica, Aristoteles berusaha mengkaji mengenai ilmu komunikasi itu sendiri dan merumuskannya kedalam model komunikasi verbal. Model komunikasi verbal dari Aristoteles ini merupakan model komunikasi  pertama dalam ilmu komunikasi. Ia juga menuliskan bahwa suatu komunikasi akan berjalan apabila ada 3 unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar.




Aristoteles memfokuskan komunikasi pada komunikasi retoris atau yang lebih di kenal saat ini dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato, sebab pada masa itu seni berpidato terutama persuasi merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan pada bidang hukum seperti pengadilan, dan teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika (mempersuasif).
Perlu diingat bahwa model komunikasi ini semakin lama semakin berkembang, tapi selau akan ada tiga aspek yang selalu sama dari masa ke masa, yaitu : sumber pengirim pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima pesan.

3.2.1 Tradis Aristoteles
Ada 2 tradisi retorika, yaitu :
  1. Kebenaran haruslah logis, realistis dan rasional
  2. Kebenaran itu absolut, tidak peduli apakah kebenaran ini punya nilai praktis.
 Ada enam keistimewaan yang mencirikan tradisi ini:
  1. Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.
  2. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
  3. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi audience melalui pidato yang jelas-jelas bersifat persuasif. Public speaking pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah.
  4. Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan lantang menyuarakannya.
  5. Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak. Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.
  6. Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik.


                                                                                                          

3.2.2 Asumsi-asumsi Teori Aristoteles
Ada 2 asumsi yang terdapat teori aristoteles, yaitu :
  1. Public speaker atau pembicara yang efektif perlu mempertimbangkan khalayak mereka. Asumsi ini mengarah kepada konsep analisis khalayak (audience analysis).
  2. Public speaker atau pembicara yang efektif menggunakan sejumlah bukti-bukti dalam presentasinya. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu :
1. Ethos adalah karakter, inteligensi  dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara. Hal ini bisa di pelajari dan dibiasakan.
2. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argumen dan bukti, rasionalisasi dan wacana yang di gunakan dalam sebuah pidato.
3.  Pathos adalah bukti emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.
3.2.3 Argumen Tiga Tingkat Aristoteles
Logos adalah salah satu dari tiga bukti yang menurut Aristoteles menciptakan pesan yang lebih efektif. Berpegang pada bukti-bukti logis ini merupakan sesuatu yang disebut silogisme (syllogism). Namun, kemudian muncul istilah yang juga popular yaitu entimem (entymeme).
Silogisme adalah sekelompok proporsi yang berhubungan satu sama lain dan menarik sebuah kesimpulan dari premis-premis mayor dan minor. Silogisme sebenarnya merupakan sebuah argument deduktif yang merupakan sekelompok pernyataan (premis) yang menuntun pada sekelompok pernyataan lainnya (kesimpulan).
Entimem adalah silogisme yang didasarkan pada kemungkinan (probability), tanda (sign) dan contoh (example), dan berfungsi sebagai persuasi. Kemungkinan adalah pernyataan-pernyataan yang secara umum benar tetapi masih membutuhkan pembuktian tambahan. Tanda adalah pernyataan yang menjelaskan alasan bagi sebuah fakta. Contoh adalah pernyataan-pernyataan baik yang faktual maupun yang diciptakan oleh pembicara. Entimem dalam hal ini memungkinkan khalayak untuk mendeduksi kesimpulan dari premis-premis yang atau dari pengalaman mereka sendiri. James McBurney, mengingatkan bahwa entimem merupakan dasar dari semua wacana persuasive. Karenanya entimem juga berhubungan dengan ethos dan pathos. Larry Anhart, percaya akan adanya kesalingterhubungan antara entimem dan bentuk-bentuk bukti ketika ia menyimpulkan bahwa kekuatan persuasif entimem terletak didalam kemampuannya untuk menjadi logis dan etis.
3.2.4 Kanon Aristoteles
Kanon merupakan tuntunan atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh pembicara agar pidato persuasif dapat menjadi efektif, yaitu :
  1. Penemuan : Konstruksi/penyusunan dari suatu argumen yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato. Terdiri dari topik dan civic space. Dengan menggunakan logika dan bukti dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasif. Topik adalah bantuan terhadap yang merujuk pada argumen yang digunakan oleh pembicara. Para pembicara juga bergantung pada civic space dimana itulah  kesempatan untuk membujuk orang lain.
  2. Pengaturan : Kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan pidatonya. Terdiri dari pengantar, batang tubuh dan kesimpulan,yaitu :
a)    Pengantar merupakan bagian dari strategi organisasi dalam suatu pidato yang cukup menarik perhatian khalayak, menunjukkan hubungan topik dengan khalayak, dan memberikan bahasan singkat mengenai tujuan pembicara.
b)   Batang tubuh merupakan bagian dari strategi organisasi dari pidato yang mencakup argumen, contoh dan detail penting untuk menyampaikan suatu pemikiran.
c)    Kesimpulan merupakan bagian dari strategi organisasi dalam pidato yang ditujukan untuk merangkum poin-poin penting yang telah disampaikan pembicara dan untuk menggugah emosi di dalam khalayak.
  1. Gaya : Penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide dalam cara tertentu. Biasanya bahasa yang di gunakan adalah majas metafora.  
  2. Penyampaian : Presentasi non verbal dari ide-ide seorang pembicara. Penyampaian biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vokal, ejaan, gerak tubuh, dll. Penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.
  3. Ingatan :  Menyimpan penemuan, pengaturan dan gaya di dalam benar si pembicara. Dengan ingatan, seseorang pembicara dapat mengetahui apa saja yang akan dikatakan dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga.
3.2.5 Kegunaan Aristoteles
Konrad Lorenz pernah mengatakan  :
Apa yang diucapkan tidak berarti juga di dengar, apa yang di dengar tidak berarti juga di mengerti, apa yang di mengerti tidak berarti juga di setujui, apa yang di setujui tidak berarti juga di terima, apa yang di terima tidak berarti juga di hayati dan apa yang di hayati tidak berarti juga mengubah tingkah laku”
Model aristoteles penting supaya apa yang di ucapkan dapat di dengar, apa yang di dengar dapat di setujui, apa yang disetujui dapat di terima, apa yang diterima dapat di hayati dan apa yang di hayati dapat mengubah tingkah laku.
3.2.6 Jenis Aristoteles
a.       Retorika forensik: keadaan ketika para pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak. Pidato forensik atau juga disebut pidato Yudisial biasanya ditemui dalam kerangka hukum. Retorika forensik berorientasi pada masa waktu lampau.Contoh : bahasa komunikasi saat di pengadilan
b.      Retorika epideiktik : wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan  Sering disebut juga pidato seremonial. Pidato jenis ini disampaikan kepada publik dengan tujuan untuk memuji, menghormati, menyalahkan dan mempermalukan. Pidato jenis ini berfokus pada isu-isu sosial yang ada pada masa waktu sekarang.Contoh : bahasa komunikasi ketika memberikan pidato seremonial
c.       Retorika deliberatif : saat pembicara harus menentukan suatu tindakan yang harus diambil, sesuatu yang harus atau tidak boleh di lakukan oleh khalayak. Pidato ini sering disebut juga dengan pidato politis. Pidato deliberatif berorientasi pada masa waktu yang akan datang.Contoh : bahasa komunikasi saat berpidato politis.
3.2.7 Kelebihan Aristoteles
  1. Bila kita hubungkan lagi dengan komunikasi pada zaman sekarang, model komunikasi yang dikemukakan oleh Aristoteles merupakan model komunikasi yang cukup sederhana, bahkan dapat di katakan terlalu sederhana jika dibandingkan dengan model-model yang diberikan tokoh yang lain karena model ini tidak memuat unsur-unsur lain yang telah dikenal dalam model komunikasi seperti saluran umpan balik, efek dan kendala/gangguan komunikasi yang mungkin timbul, dan lainnya.
  2. Meskipun demikian, model ini dapat membuat membuat orang bertanya-tanya, seperti apa itu pedoman dalam berpidato misalnya unsur-unsur apa yang harus ada dalam pidato agar persuasif bagi khalayak? Apakah bentuk susunan pidato tertentu lebih baik dari bentuk lainnya? Apakah gaya bahasa dalam suatu pidato mempengaruhi derajat persuasif?
  3. Pada dasarnya komunikasi yang diberikan oleh Aristoteles telah banyak memberikan kesempatan para pakar komunikasi lainnya untuk menciptakan model-model komunikasi baru. Yakni tetap mengandung 3 unsur yang sama yakni sumber yang mengirimkan pesan, pesan yang dikirim dan penerima pesan tersebut. Yang pada intinya, model komunikasi dari Aristoteles mendasari dan merupakan akar dari model komunikasi yang lainnya.
  4. Dapat menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyempurnakan proses pembuatan teori komunikasi.
  5. Pengujian waktu berjalan. Teori ini telah melalui rentang waktu 2000 tahun dengan poros Aristoteles. Teori retorika mengenai emosi, logika dan kepercayaan ini tidak dapat di abaikan begitu saja.
  6. Munculnya teori Heurisme yang dimana teori ini telah mencakup beberapa sub-area dalam komunikasi. Seperti ketakutan dalam berkomunikasi dan telah mendorong penelitian yang bersifat empiris maupun praktis.
3.2.8 Kelemahan Aristoteles
  1. Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena statis. Dimana hanya terdapat transfer pesan dari pembicara ke pendengar saja. Misalnya, seorang pembicara sedang berbicara tentang sesuatu hal dan kemudian ia menyampaikan pesan kepada para khalayak. Kemudian, khalayak mendengarkan apa yang menjadi pesan dari si pembicara. Tahap-tahap komunikasi dalam peristiwa ini terjadi secara berurutan dimana itu terjadi terus-menerus terjadi secara statis ketimbang terjadi secara simultan.
  2. Model komunikasi ini memunculkan persepsi yang salah bahwa kegiatan yang terstruktur yang selalu disengaja. Seperti, pembicara menyampaikan dan pendengar hanya mendengarkan tanpa di jelaskan lebih jauh mengenai gangguan yang mungkin terjadi dalam proses penyampaian pesan, efek yang akan terjadi dan sebagainya.
  3. Di dalam model komunikasi yang diutarakan oleh Aristoteles ini tidak membahas mengenai aspek-aspek non-verbal dalam persuasi yang berperan dalam proses komunikasi.




BAB IV
PENUTUP

3.2      Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lainnya.model komunikasi ada dua sifat,yaitu :
Sifat satu arah dan dua arah.Sifat satu arah menggambarkan Beberapa orang bersikap seakan – akan tidak perlu ada respon terhadap apa yang mereka komunikasikan.Tetapi yang difokuskan disini adalah komunikasi dua arah dimana penerima pesan secara aktif terlibat di dalam proses sehingga setiap orang memodifikasi pesan sesuai dengan respon orang lain. Dengan tambahan rangkaian umpan balik, diagram pertama sekarang menjadi dua arah.
Model stimulus–respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi behavioristik.Model ini menunjukkan bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Jadi model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat nonverbal, gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pertukaran informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi
Model Aristoteles yaitu Model  mengajukan 3 unsur komunukasi utama yang disebut pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). Selain itu terdapat unsur lain yang disebut setting yaitu suasana lingkungan yang perlu diciptakan agar komunikasi berlangsug efektif. Menurut Aristoteles, untuk berhasil dalam komunikasi public, maka terdapat 3 unsur utama yang harus diperhatikan, yaitu ethos (kredibilitas komunikator), logos (rutun logika argumentasi pesan yang anda sampaikan), pathos (kemampuan memainkan emosi).


DAFTAR PUSTAKA

Ismani, N. 2001.Etika keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Effendy, onong uchjana. 1992. Spektrum Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.
Ellis, R., Gates, R, dan Kenworthy, N. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan: Teori dan Praktik. Penerjemah: Susi Purwoko. Jakarta: EGC
Fisher,B. Aubrey. 1986. Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaludin Rakhmat. Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
(1995), Kode Etik Keperawatan di Indonesia, PPNI, Jakarta
(1993), Standar Profesi Keperawatan, PPNI, Jakarta
Michael Burgoon (1974), Appproaching Speech/ Communication. New York: Holt, Rinehart & Winston.
Mulyana Deddy (2008), Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Jakarta : Remaja Rosdakarya.



1 komentar: